Oleh : Farida Puji M. / 146154 / 2014-B
A. Hakikat Wacana
Istilah wacana
digunakan oleh para linguis Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa
Inggris discourse. Dari istilah wacana itu lahirlah istilah analisis
wacana (discourse analysis). Martutik (2009.http://pustaka.ut.ac.id.) menjelaskan bahwa
dalam analisis wacana berlaku dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal dan
prinsip analogi. Prinsip interpretasi lokal adalah prinsip interpretasi
berdasarkan konteks, baik konteks linguistik atau koteks maupun konteks
nonlinguistik. Konteks nonlinguistik yang merupakan konteks lokal tidak hanya
berupa tempat, tetapi juga dapat berupa waktu, ranah penggunaan wacana, dan
partisipan.Prinsip interpretasi analogi adalah prinsip interpretasi suatu
wacana berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai. Menurut Stubbs
(1983) analisis wacana merujuk pada upaya mengkaji penggunaan bahasa di atas
kalimat atau klausa; dan oleh karenanya, analisis wacana mengkaji satuan-satuan
kebahasaan yang lebih luas seperti percakapan (wacana lisan) atau teks tulis.
Berdasarkan
beberapa pengertian analisis wacana tersebut, pengertian analisis wacana
membahas bagaimana pemakai bahasa mencerna apa yang ditulis oleh para penulis
dalam buku-buku teks, memahami apa yang disampaikan penyapa secara lisan dalam
percakapan, dan dengan mengemukakan
pula konteks yang menyertai teks. Dengan demikian analisis wacana berupa
upaya menafsirkan suatu wacana yang tidak terjangkau oleh semantik
tertentu maupun sintaksis.
B. ANALISIS WACANA KRITIS
Analisis wacana kritis (AWK) ialah sebuah upaya atau proses
(penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang
mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang
kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang
diinginkan. Artinya, dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya
kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah
dipengaruhi oleh si penulis dari berbagai faktor. Selain itu harus disadari
pula bahwa di balik wacana itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta
kepentingan yang sedang diperjuangkan.
Analisis wacana yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah
sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek (penulis) yang
mengemukakan suatu pernyataan. Pemahaman mendasar analisis wacana adalah wacana
tidak dipahami semata-mata sebagai objek studi bahasa. Pada akhirnya, memang
analisis wacana kritis menggunakan bahasa bahasa dalam teks yang dianalisis,
tetapi bahasa yang dianalisis dalam AWK berbeda dengan studi bahasa dalam
pengertian linguistik tradisional. Bahasa yang dianalisis oleh AWK bukan
menggambarkan aspek bahasa saja, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks.
Konteks dalam hal ini berarti bahasa yang dipakai untuk tujuan tertentu
termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. AWK melihat bahasa sebagai fakta
penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan-ketimpangan
kekuasaan dalam masyarakat.
C. KARAKTERISTIK ANALISIS
WACANA KRITIS
Di dalam analisis wacana
kritis, wacana tidak dipahami semata-mata sebagai suatu studi bahasa. Analisis
wacana menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang
dianalisis relatif berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian
linguistik tradisional. Bahasa yang dianalisis bukan semata-mata dari aspek
kebahasaan, melainkan juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks yang dimaksud
digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk didalamnya praktik
kekuasaan untuk memarginalkan individu atau kelompok tertentu.
Menurut Fairclough dan
Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk dan praktik sosial.
Wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara
peristiwa wacana tertentu dan situasi, institusi, dan struktur sosial yang
membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan ideologi: ia dapat
memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak berimbang anatar
kelas sosial, laki-laki dan perempuan, kelompok mayoritas dan minoritas.
Melalui perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan.
Melalui wacana, sebagai contoh, dalam sebuah wacana keadaan yang rasis, seksis,
atau ketimpangan kehidupan sosial dipandang sebagai suatu common sense,
suatu kewajaran atau alamiah, dan memang seperti kenyataannya.
Analisis wacana kritis
melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa
digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat.
Berikut ini disajikan karakteristik penting dari analisis wacana kritis yang
disajikannya oleh Eriyanto dari tulisan Van Dujik, Fairclough, Wodak.
a.
Tindakan
Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Dengan
pemahaman semacam itu, wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Wacana
bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Orang berbicara
atau menulis bukan ditafsirkan seperti ia menulis atau berbicara untuk dirinya
sendiri, seperti orang yang sedang mengigau di bawah hipnotis. Seseorang
berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan
dengan orang lain.
b.
Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks wacana, seperti
latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana dalam hal ini diproduksi,
dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Merujuk pada pandangan
cook, analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang
mengomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam
jenis khalayak dan situasu apa; melalui medium apa; bagaimana
perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap
masing-masing pihak.
c.
Histori
Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu berarti wacana
diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan
konteks yang menyertainya. Saah satu aspek yang penting untuk bisa mengerti
suatu teks ialah dengan menempatkan wacana tersebut dalam konteks historis
tertentu. Misalnya, kita melakukan analisis wacana teks selebaran mahasiswa
yang menentang Suharto.
d.
Kekuasaan
Analisis wacana kritis juga dipertimbangkan elemen ekuasaan
(power) di dalam analisisnya. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan
antara wacana dan masyarakat. Misalnya, kekuasaan lai-laki dalam wacana
mengenai seksisme atau kekuasaan perusahaan yang berbentuk dominasi pengsaha
kelas atas kepada bawaha, dan sebagainya. Pemakai bahasa bukan hanya pembicara.
Penulis, pendengar, atau pembaca., ia juga bagian dari anggota sosial tertentu,
bagian dari kelompok profesional, agama, komunitas atau masyarakat tertentu.
e.
Ideologi
Ideologi merupakan suatu konsep yang sentral dalam analisis
wacana yang bersifat kritis. Sebuah teks tidak pernah lepas dari ideologi dan
memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi. Kaitannya
dengan budaya kritis, ideologi menjadi salah satu perhatian selain kesadaran
dan hegemoni. Menurut Lull dalam Sobur, ideologi adalah sistem ide-ide yang
diungkapkan di dalam komunikasi.
DAFTAR RUJUKAN
Cristiani, Tanti. 2012.
Analisis Waca Kritis. Diunduh
dari https://tanticristianti.wordpress.com/.
Pada tanggal 09 Juni 2017.
Darma, Yoce, A.
2014. Analisis Wacana Kritis. Bandung : PT. Refika
Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar