Sabtu, 01 Juli 2017

HAKIKAT ANALISIS WACANA DAN ANALISIS WACANA KRITIS



Oleh : Farida Puji M. / 146154 / 2014-B

A.    Hakikat Wacana
Istilah wacana digunakan oleh para linguis Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris discourse. Dari istilah wacana itu lahirlah istilah analisis wacana (discourse analysis). Martutik (2009.http://pustaka.ut.ac.id.) menjelaskan bahwa dalam analisis wacana berlaku dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal dan prinsip analogi. Prinsip interpretasi lokal adalah prinsip interpretasi berdasarkan konteks, baik konteks linguistik atau koteks maupun konteks nonlinguistik. Konteks nonlinguistik yang merupakan konteks lokal tidak hanya berupa tempat, tetapi juga dapat berupa waktu, ranah penggunaan wacana, dan partisipan.Prinsip interpretasi analogi adalah prinsip interpretasi suatu wacana berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai. Menurut  Stubbs (1983) analisis wacana merujuk pada upaya mengkaji penggunaan bahasa di atas kalimat atau klausa; dan oleh karenanya, analisis wacana mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas seperti percakapan (wacana lisan) atau teks tulis.
Berdasarkan beberapa pengertian analisis wacana tersebut, pengertian analisis wacana membahas bagaimana pemakai bahasa mencerna apa yang ditulis oleh para penulis dalam buku-buku teks, memahami apa yang disampaikan penyapa secara lisan dalam percakapan, dan dengan mengemukakan pula konteks yang menyertai teks. Dengan demikian analisis wacana berupa upaya  menafsirkan suatu wacana yang tidak terjangkau oleh semantik tertentu maupun sintaksis.

B.     ANALISIS WACANA  KRITIS
Analisis wacana kritis (AWK) ialah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya, dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh si penulis dari berbagai faktor. Selain itu harus disadari pula bahwa di balik wacana itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan.
Analisis wacana yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan. Pemahaman mendasar analisis wacana adalah wacana tidak dipahami semata-mata sebagai objek studi bahasa. Pada akhirnya, memang analisis wacana kritis menggunakan bahasa bahasa dalam teks yang dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis dalam AWK berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa yang dianalisis oleh AWK bukan menggambarkan aspek bahasa saja, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks dalam hal ini berarti bahasa yang dipakai untuk tujuan tertentu termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. AWK melihat bahasa sebagai fakta penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan-ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat.

C.    KARAKTERISTIK ANALISIS WACANA KRITIS
Di dalam analisis wacana kritis, wacana tidak dipahami semata-mata sebagai suatu studi bahasa. Analisis wacana menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis relatif  berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa yang dianalisis bukan semata-mata dari aspek kebahasaan, melainkan juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks yang dimaksud digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk didalamnya praktik kekuasaan untuk memarginalkan individu atau kelompok tertentu.
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk dan praktik sosial. Wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa wacana tertentu dan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan ideologi: ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak berimbang anatar kelas sosial, laki-laki dan perempuan, kelompok mayoritas dan minoritas. Melalui perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Melalui wacana, sebagai contoh, dalam sebuah wacana keadaan yang rasis, seksis, atau ketimpangan kehidupan sosial dipandang sebagai suatu common sense, suatu kewajaran atau alamiah, dan memang seperti kenyataannya.
Analisis wacana kritis melihat  bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat. Berikut ini disajikan karakteristik penting dari analisis wacana kritis yang disajikannya oleh Eriyanto dari tulisan Van Dujik, Fairclough, Wodak.
a.       Tindakan
Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Dengan pemahaman semacam itu, wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Orang berbicara atau menulis bukan ditafsirkan seperti ia menulis atau berbicara untuk dirinya sendiri, seperti orang yang sedang mengigau di bawah hipnotis. Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.
b.      Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana dalam hal ini diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Merujuk pada pandangan cook, analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasu apa; melalui medium apabagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak.
c.       Histori
Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Saah satu aspek yang penting untuk bisa mengerti suatu teks ialah dengan menempatkan wacana tersebut dalam konteks historis tertentu. Misalnya, kita melakukan analisis wacana teks selebaran mahasiswa yang menentang Suharto.
d.      Kekuasaan
Analisis wacana kritis juga dipertimbangkan elemen ekuasaan (power) di dalam analisisnya. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat. Misalnya, kekuasaan lai-laki dalam wacana mengenai seksisme atau kekuasaan perusahaan yang berbentuk dominasi pengsaha kelas atas kepada bawaha, dan sebagainya. Pemakai bahasa bukan hanya pembicara. Penulis, pendengar, atau pembaca., ia juga bagian dari anggota sosial tertentu, bagian dari kelompok profesional, agama, komunitas atau masyarakat tertentu.

e.       Ideologi
Ideologi merupakan suatu konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Sebuah teks tidak pernah lepas dari ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi. Kaitannya dengan budaya kritis, ideologi menjadi salah satu perhatian selain kesadaran dan hegemoni. Menurut Lull dalam Sobur, ideologi adalah sistem ide-ide yang diungkapkan di dalam komunikasi.

DAFTAR RUJUKAN
Cristiani, Tanti. 2012. Analisis Waca Kritis. Diunduh dari   https://tanticristianti.wordpress.com/. Pada tanggal 09 Juni 2017.

Darma, Yoce, A. 2014. Analisis Wacana Kritis. Bandung : PT. Refika Aditama.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar