Oleh : Farida Puji M. / 146154 / 2014-B
A.
Pengertian
Kohesi dan Koherensi
Menurut Djajasudarma (2010:44), kohesi merupakan
hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain, sehingga terbentuklah
pengertian yang apik atau koheren. Kohesi di sini lebih merujuk pada perpautan
bentuk. Berbeda dengan koherensi, koherensi di sini lebih merujuk pada
perpautan makna. Pada umumnya wacana yang baik harus memiliki kedua unsur
tersebut, yaitu kohesi dan koherensi. Wacana yang kohesif dan koheren merupakan
wacana yang utuh, maksudnya ialah kalimat atau kata yang digunakan
bertautan:pengertian antara yang satu menyambung pengertian yang lainnya secara
berturut-turut.
Contoh kohesi: Listrik mempunyai banyak kegunaan.
Orang tuaku berlangganan listrik dari PLN. Baru-baru ini tarif
pemakaian listrik naik 25%, sehingga banyak
masyarakat yang mengeluh. Akibatnya, banyak pelanggan listrik yang melakukan
penghematan. Jumlah peralatan yang menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat
yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk udara. Di
kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa saja,
bukan barang mewah.
Contoh wacana di atas dikatakan
kohesif, karena menggunakan kohesi pengulangan, misalnya listrik yang diulang beberapa kali. Namun,
paragraf tersebut tidak padu karena bagian-bagian paragraf itu tidak mempunyai
kepaduan secara maknawi.
Contoh koherensi: Buah Apel adalah salah satu buah
yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. (b) Menurut beberapa penelitian dibalik kelezatan dari rasa buah apel ternyata
juga mengandung banyak zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. (c) Untuk itu sangatlah penting untuk mengkonsumsi buah
apel. (d) Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral
dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain
sebagainya. (e) Dengan
kandungan zat-zat tersebut buah apel
memiliki manfaat yang dapat mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. (f) Berikut ini
adalah beberapa manfaat buah apel bagi kesehatan yang
berhasil dihimpun dari
berbagai sumber yaitu buah apel dapat mencegah penyakit asma, dapat mengurangi berat badan, melindungi tulang, menurunkan kadar kolesterol, mencegah kanker
hati, kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus, mengontrol diabetes,
membersihkan dan menyegarkan mulut.
Bagian yang terdapat pada wacana di atas saling mempunyai kaitan secara maknawi, kalimat di
atas menjelaskan secara rinci zat-zat dan manfaat yang terkandung dalam buah
apel. Wacana itu termasuk wacana padu karena hampir setiap kalimat berhubungan
padu secara maknawi dengan bagian lain. Selain itu, wacana itu juga kohesif.
Ada beberapa kata yang diulang (buah apel pada setiap kalimat). Jadi,
wacana itu harus kohesif dan dan koherensif. Bahkan keterpaduanlah (koherensi)
yang harus diutamakan.
Pada umumnya kohesi dan koherensi saling
berhubungan, namun bukan berarti bahwa kohesi harus selalu ada agar wacana
menjadi koheren. Ada kalanya suatu percakapan yang apabila ditinjau dari segi
kata-katanya tidak kohesif, namun apabila dilihat dari segi maknanya bisa saja
koheren, kemudian ada juga percakapan yang dari segi pengulangan leksikal
seolah-olah kohesif, namun dari segi makna tidak koheren. Dengan demikian dapat
diketahui bahwasanya ada suatu wacana yang kohesif dan koheren dan ada pula
wacana yang tidak kohesif namun koheren (Djajasudarma, 2010:46).
Sebuah wacana teks dapat dikatakan kohesif dan
koheren dengan melalui upaya, antara lain: pasangan berdekatan, penafsiran
lokal, prinsip analogi, dan pentingnya konteks.
B.
Piranti
Kohesi dan Koherensi
Menurut
Halliday dan Hassan (1976), unsur kohesi terbagi atas dua macam, yaitu unsur
leksikal dan unsur gramatikal. Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau
penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti
kohesi leksikal adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
C.
Piranti
Kohesi Gramatikal dan Leksikal
1.
Piranti
Kohesi Gramatikal
Kohesi
gramatikal adalah kepaduan bentuk bagian-bagian wacana yang diwujudkan ke dalam
sistem gramatikal.
Secara
lebih rinci, aspek gramatikal wacana meliputi:
a. Pengacuan
( Refrensi )
Pengacuan atau
referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatik yang merupakan satuan lingual
tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya.
Berdasarkan tempatnya, apakah acuan itu berada di dalam teks atau di luar teks,
maka pengacuan dibedakan menjadi dua jenis yakni (1) pengacuan endofora,
apabila acuannya berada atau terdapat dalam teks wacana itu. Contohnya Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia yakin Janah menerima
lamarannya. Kata Dia pada
kalimat (b) mengacu pada kata Adi. Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan
secara padu dan saling berhubungan. (2) pengacuan eksofora,
apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks. Contohnya, Itu matahari. Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu
di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang menerangi alam ini.’
b. Subtitusi
Subtitusi
adalah hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih
besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu
struktur tertentu. Subtitusi merupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat
hubungan kata dan makna. Subtitusi dalam bahasa Indonesia dapat bersifat nominal,
verbal, klausal, atau campuran.
Contohnya di sini dalam kata ganti
orang. Nurul mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili Kalimantan
Selatan. Kata Ia di
sini mengacu pada kata ganti orang yang merujuk pada Nurul.
c. Elipsis
Elipsis
adalah peniaadaan kata atau satuan lain yang ujud asalnya dapat diramalkan dari
konteks bahasa atau luar bahasa. Ellipsis dapat pula dikatakan penggantian nol
; sesuatu yang ada tetapi tidak diucapakan atau tidak dituliskan. Contohnya, Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika
saya menghadapi saat- saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini.
(Saya mengucapkan) terima kasih Tuhan.
d. Konjungsi
Konjungsi
adalah yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan
frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan
paragraf.
Piranti
konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Piranti urutan waktu
Contohnya: Ani memberikan sambutan di Kantor Walikota Balikpapan.
Setelah itu dia akan berkunjung ke Pulau Kumala.
b) Piranti Pilihan
Contoh: Pergi ke Pasar Lama atau ke Pasar Baru.
c) Piranti Alahan
Contoh: Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun hujan.
d) Piranti Parafrase
Contoh: Perlu juga
diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut, bagi
pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, apabila tujuan pembaca
ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya satra, tidak mungkin mereka hanya
memiliki satu pendekatan.
e) Piranti Ketidaserasian
Contoh: Nyasar di Martapura, padahal saya sudah melihat
penunjuk jalan.
f) Piranti Serasian
g) Piranti Tambahan (Aditif)
h) Piranti Pertentangan (Kontras)
i)
Piranti
Perbandingan (Komparatif)
j)
Piranti
Sebab-akibat
k) Piranti Harapan (Optatif)
2.
Piranti
Kohesi Leksikal
Kohesi
leksikal adalah hubungan antar unsur dalam wacana secara semantik. Hubungan
kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan pilihan kata yang
serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara satuan lingual
yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana.
Aspek
leksikal dalam wacana dibedakan menjadi enam yakni :
a.
Repetisi
Repetisi adalah
pengulangan satuan lingual yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam
sebuah konteks yang sesuai.
b.
Sinonimi
Sinonimi dapat
diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama atau ungkapan yang
maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Sinonimi merupakan salah satu
aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana.
c.
Antonimi
Antonimi dapat
diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain, satuan lingual yang
maknanya berlawan/berposisi dengan satuan lingual yang lain.
d.
Kolokasi
Kolokasi atau sanding
kata adalah asosiasi dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan
secara berdampingan.
e.
Hiponimi
Hiponimi dapat
diartikan sebagai satuan bahasa yang maknanya dianggap merupakan bagian dari
makna satuan lingual yang lain.
f.
Ekuivalen ( kesepadanan)
Ekuivalen adalah
hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang
lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah kata hasil proses afiksasi
dari morfem asal yang sama menunjuk adanya hubungan kesepadanan.
D.
Koherensi
1.
Pengertian
Koherensi
Dalam
sebuah kamus besar dapat dibaca keterangan mengenai koherensi sebagai berikut
(1) kohesi; perbuatan atau keadaan menghubungkan, memperlihatkan, (2).Koneksi;
hubungan yang cocok dan sesuai atau ketergantungan satu sama lain yang rapi,
beranjak dari hubungan-hubungan alamiah bagian-bagian atau hal-hal satu sama
lain, seperti dalam bagian-bagian wacana, atau argumen-argumen suatu rentetan
penalaran.
Dari
pengertian yang tertera pada kamus tersebut dapat dilihat bahwa tidak terlihat
perbedaan nyata koherensi dan kohesi. Koherensi adalah pengaturan secara kenyataan
dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah
memahami pesan yang dikandungnya ( Wohl, 1978 : 25).
2.
Jenis-jenis
Koherensi
Aneka sarana keutuhan
wacana dari segi makna menurut Harimurti Kridalaksana (1978) yakni :
a. hubungan
sebab akibat
b. hubungan
alasan akibat
c. hubungan
sarana hasil
d. hubungan
sarana tujuan
e. hubungan
latar kesimpulan
f. hubungan
hasil kegagalan
g. hubungan
syarat hasil
h. hubungan
perbandingan
i.
hubungan parafratis
j.
hubungan amplikatif
k. hubungan
aditif temporal
l.
hubungan aditif non temporal
m. hubungan
identifikasi
n. hubungan
generic spesifik
o. hubungan
ibarat
DAFTAR RUJUKAN
Djajasudarma,
Fatimah. 2010. Wacana. Bandung: PT
Refika Aditama.
Martutik, Laila 2012. Piranti Kohesi dan Koherensi. Diunduh
dari https://lailamartutik.blogspot.co.id.
Pada hari Kamis, 01 Juni 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar