Oleh : Farida Puji M. / 146154 / 2014-B
A. Wacana Lisan
Menurut
Tarigan (52 : 2009), wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana
yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Wacana lisan ini sering
pula dikaitkan dengan interactive discourse atau wacana interaktif. Jauh sebelum manusia mengenal huruf, bahasa telah digunakan oleh manusia, manusia memakai bahasa lisan dalam
berkomunikasi bahasa lisan menjadi bahasa yang utama dalam hidup manusia karena
lebih dahulu dikenal dan digunakan oleh manusia dari pada bahasa tulis karena,
itu tidaklah mengherankan bahwa sebagian besar manusia masih berada dalam
budaya lisan.
Bahasa
lisan digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berinteraksi dengan orang lain,
maka bahasa lisan memiliki ciri – ciri yang berlainan dengan bahasa tulis
.Salah satunya yang menonjol adalah sering terjadi penghilangan bagian – bagian
tertentu,yang dapat menghilangkan pengertian wacana ,jika salah satu
partisipanya ( pembicara dan pendengar ) belum terbiasa seperti pada contoh
berikut :
Luna
: “Lina mau ngapain?”
Lina:
“Biasa, kayak gak tau gue”.
Pada
wacana di atas Luna dapat mengetahui bahwa Lina akan membaca buku, misalnya
membaca buku pelajaran yang akan dijadikan bahan ujian besok . Bagi orang lain
yang belum mengenal kebiasaan Luna,wacana di atas tidak dapat dimengerti . Ia
tidak dapat menarik kesimpulan yang tepat .Pertama,Karena ia mengetahui bahwa
tidak ada kejelasan mengenai yang
bernama “Biasa”tidak mengacu kepada suatu kegiatan yang pasti dan
kedua,ia belum mengenal kebiasaan atau memiliki “Pengetahuan yang telah
diketahui bersama “ dengan Luna.
Ketika
seseorang mengutarakan maksud dengan wacana lisan,tidak hanya unsur bahasa
tetapi juga digunakan gerakan tubuh,pandangan mata ,dan lain – lain,yang turut
memberi makna wacana itu .Apabila pengutaraan maksud memakan waktu yang cukup
lama,diperlukan adanya daya simak yang tinggi dari partisipan lainnya.
Wacana
lisan diciptakan atau dihasilkan dalam waktu atau situasi yang nyata. Oleh
sebab itu, dalam semua bentuk wacana lisan, kita harus mengetahui dengan pasti
: siapa yang berbicara, kepada siapa,
dan pada saat yang nyata
B. Wacana Tulis
Menurut
Kridalaksana (dalam Tarigan, 52 : 2009), wacana tulis merupakan pengungkapan
kembali wacana tanpa mengutip harfiah kata- kata yang dipakai oleh pembicara
dengan mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain
dengan klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya. Wacana tulis mulai
dikenal setelah ditemukan huruf. Huruf dibuat untuk mengganti peran bunyi
bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf adalah lambang bunyi.
Huruf – huruf itu dipelajari manusia dan kemudian digunakan untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain yang tinggal berjauhan.
Adapun
contoh wacana tulis singkat yang banyak kita temui biasanya berupa iklan,
tulisan mengenai larangan, dan lain sebagainya. Misal, “Jangan parkir di sini”,
“Pintu keluar”, “Kocok dulu sebelum anda minum”, dan lain sebagainya. Wacana
tulis yang pendek, seperti di atas sangat mirip dengan wacana lisan,seperti
penghilangan bagian tertentu dari wacana itu,penyatuan saat dan tempat yang
sama bagi penulis dan pembaca,dan penggunaan bentuk – bentuk informal.
Dari uraian di atas
dapat dibuat ciri –ciri, diantaranya adalah wacana tulis biasanya panjang dan
menggunakan bentuk bahasa yang baku, wacana tulis dapat dilihat kembali tanpa
ada perbedaan unit – unit kebahasaanya, wacana tulis biasanya mempunyai unsur
kebahasaan yang lengkap ( tidak ada penghilangan bagian – bagianya).
DAFTAR RUJUKAN
Tarigan,
Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Betfair Casino | DrMCD
BalasHapusBetfair is one of the largest gaming operators in the 파주 출장마사지 UK and is the largest international betting 천안 출장마사지 exchange. With its sportsbook 경기도 출장샵 and 동두천 출장샵 poker 의왕 출장샵 rooms, you can bet in