Sabtu, 01 Juli 2017

WACANA LISAN DAN TULISAN



Oleh : Farida Puji M. / 146154 / 2014-B 

A.    Wacana Lisan
Menurut Tarigan (52 : 2009), wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Wacana lisan ini sering pula dikaitkan dengan interactive discourse atau wacana interaktif.  Jauh sebelum manusia mengenal huruf, bahasa telah digunakan oleh manusia, manusia memakai bahasa lisan dalam berkomunikasi bahasa lisan menjadi bahasa yang utama dalam hidup manusia karena lebih dahulu dikenal dan digunakan oleh manusia dari pada bahasa tulis karena, itu tidaklah mengherankan bahwa sebagian besar manusia masih berada dalam budaya lisan.
Bahasa lisan digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berinteraksi dengan orang lain, maka bahasa lisan memiliki ciri – ciri yang berlainan dengan bahasa tulis .Salah satunya yang menonjol adalah sering terjadi penghilangan bagian – bagian tertentu,yang dapat menghilangkan pengertian wacana ,jika salah satu partisipanya ( pembicara dan pendengar ) belum terbiasa seperti pada contoh berikut :
Luna : “Lina mau ngapain?”
Lina: “Biasa, kayak gak tau gue”.
Pada wacana di atas Luna dapat mengetahui bahwa Lina akan membaca buku, misalnya membaca buku pelajaran yang akan dijadikan bahan ujian besok . Bagi orang lain yang belum mengenal kebiasaan Luna,wacana di atas tidak dapat dimengerti . Ia tidak dapat menarik kesimpulan yang tepat .Pertama,Karena ia mengetahui bahwa tidak ada kejelasan mengenai  yang bernama “Biasa”tidak mengacu kepada suatu kegiatan yang pasti dan kedua,ia belum mengenal kebiasaan atau memiliki “Pengetahuan yang telah diketahui bersama “ dengan Luna.
Ketika seseorang mengutarakan maksud dengan wacana lisan,tidak hanya unsur bahasa tetapi juga digunakan gerakan tubuh,pandangan mata ,dan lain – lain,yang turut memberi makna wacana itu .Apabila pengutaraan maksud memakan waktu yang cukup lama,diperlukan adanya daya simak yang tinggi dari partisipan lainnya.
Wacana lisan diciptakan atau dihasilkan dalam waktu atau situasi yang nyata. Oleh sebab itu, dalam semua bentuk wacana lisan, kita harus mengetahui dengan pasti : siapa yang berbicara, kepada siapa,  dan pada saat yang nyata
B.     Wacana Tulis
Menurut Kridalaksana (dalam Tarigan, 52 : 2009), wacana tulis merupakan pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip harfiah kata- kata yang dipakai oleh pembicara dengan mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya. Wacana tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf. Huruf dibuat untuk mengganti peran bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf adalah lambang bunyi. Huruf – huruf itu dipelajari manusia dan kemudian digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain yang tinggal berjauhan.
Adapun contoh wacana tulis singkat yang banyak kita temui biasanya berupa iklan, tulisan mengenai larangan, dan lain sebagainya. Misal, “Jangan parkir di sini”, “Pintu keluar”, “Kocok dulu sebelum anda minum”, dan lain sebagainya. Wacana tulis yang pendek, seperti di atas sangat mirip dengan wacana lisan,seperti penghilangan bagian tertentu dari wacana itu,penyatuan saat dan tempat yang sama bagi penulis dan pembaca,dan penggunaan bentuk – bentuk informal.
Dari uraian di atas dapat dibuat ciri –ciri, diantaranya adalah wacana tulis biasanya panjang dan menggunakan bentuk bahasa yang baku, wacana tulis dapat dilihat kembali tanpa ada perbedaan unit – unit kebahasaanya, wacana tulis biasanya mempunyai unsur kebahasaan yang lengkap ( tidak ada penghilangan bagian – bagianya).

DAFTAR RUJUKAN
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.



1 komentar:

  1. Betfair Casino | DrMCD
    Betfair is one of the largest gaming operators in the 파주 출장마사지 UK and is the largest international betting 천안 출장마사지 exchange. With its sportsbook 경기도 출장샵 and 동두천 출장샵 poker 의왕 출장샵 rooms, you can bet in

    BalasHapus