Oleh : Farida Puji M. / 146154 / 2014-B
Dalam
membuat sebuah awacana tentunya ada beberapa syarat yang harus terpenuhi agar
wacana tersebut menjadi lebih menarik. Syarat-syarat tersebut apabila terpenuhi
maka akan menjadikan sebuah wacana yang lebih mudah dipahami oleh pembaca
ataupun pendengar dan wacana tersebut agar lebih hidup. Diantara syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam membuat wacana yang pertama adalah topik.
Topik
yang berarti pokok pembicaraan, pokok permasalahan, atau masalah yang
dibicarakan (Finoza, 2010:217). Istilah topik dapat juga didefinisikan dalam
beberapa pengertian yang berbeda yaitu (1) frasa dalam satu klausa yang
terpahami, (2) frasa dalam satu wacana yang terpahami, (3) memiliki posisi
khusus dalam satu wacana. Topik merupakan bagian yang sangat penting dalam
sebuah wacana. Dikatakan demikian karena topik memuat bagian inti atau perihal
yang dibicarakan dalam sebuah wacana. Topik menunjukkan informasi paling
penting atau inti pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Dalam membuat
sebuah topik tentunya ada beberapa syarat, yaitu: topik yang dipilih harus
menarik perhatian, topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan yang jelas,
dan topik yang sudah dipilih harus bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Dalam
menentukan sebuah topik tentunya kita harus membatasinya. Topik yang sudah kita
pilih harus terbatas, hal ini dilakukan karena apabila suatu topik
pembahasannya terlalu luas maka topik tersebut menjadi tidak menarik perhatian
pembaca atau pendengar dan topik tersebut menjadi dangkal. Adapun pembatasan
yang dilakukan dalam membuat topik ialah: konsep, variabel, data, lokasi,
pengumpulan data dan waktu pengumpulan data.
Syarat
kedua ialah tuturan pengungkap topik atau bisa disebut kerangka topik.
Ujaran-ujaran tersebut memiliki arah untuk menuju bagaimana sebuah topik dapat
diungkap. Suatu topik dapat diungkap apabila adanya suatu unsur-unsur dalam
kerangka topik, yaitu: orang, tempat, wujud, peristiwa, fakta. Dengan
unsur-unsur tersebut sebuah topik wacana dapat diungkap.
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa tuturan pengungkap
topik adalah ujaran-ujaran yang dapat mengarahkan kita pada pengungkapan topik
dalam sebuah wacana. dengan kata lain tuturan pengembang topik tersebut
berpusat pada topik untuk menciptakan kesatuan gagasan dalam sebuah wacana. Adanya
tuturan pengungkap topik yang menyeleweng dari topik hendaknya dihindari. Untuk
itu langkah yang harus ditempuh ialah perumusan butir-butir pengembangan secara
ringkas di bawah topik, sehingga terbentuk wacana yang apik.
Syarat
ketiga yaitu kohesi. Kohesi merupakan hubungan formal (hubungan yang tampak
pada bentuk). Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara
struktural membentuk suatu ikatan sintaktikal. Unsur-unsur wacana yang
digunakan dalam menyusun wacana harus memiliki keterkaitan secara padu dan
utuh. Kohesi menampilkan keberlangsungan makna yang terjalin dalam sebuah
wacana dengan bagian lainnya. Itulah sebabnya keberadaan Kohesi merupakan salah
satu unsur pembentuk wacana yang penting
(Rani dkk, 2006:87). Lebih lanjut Brown dan Yule (1989:87) menyatakan
bahwa unsur pembentuk teks itulah yang membedakan sebuah rangkaian kalimat itu
sebagai sebuah teks atau bukan teks. Hubungan kohesif ditandai dengan
penggunaan piranti formal yang berupa bentuk linguistik. Piranti yang digunakan
sebagai sarana penghubung tersebut sering disebut dengan piranti kohesi (Rani
dkk, 2006:94). Menurut Halliday dan Hasan dalam (Rani dkk, 2006:94) unsur
kohesi dalam sebuah wacana terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan
leksikal.
Syarat
keempat yaitu koherensi. Koherensi adalah keterkaitan unsur-unsur dunia wacana,
misalnya susunan konsep atau gagasan; dan berat hubungan –hubungan yang
menggarisbawahi hal tersebut, isi teks dapat dipahami dengan relevan. Koherensi
dalam wacana ada beberapa macam yaitu (1) koherensi pada tataran klausa dan
kalimat (2) koherensi
pada tataran wacana (3) koherensi pada setiap jenis wacana. Koherensi merupakan
keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat
tersebut memiliki kesatuan makna yang utuh.
DAFTAR
RUJUKAN
Rani, Dkk. 2004. Analisis Wacana. Malang: Bayumodia Publishing.
Berikut
adalah contoh teks yang memenuhi prasyarat wacana:
Manfaat kulit jeruk
Salah
satu jenis buah yang mempunyai banyak penggemar adalah buah jeruk. Buah ini
terkenal karena rasanya yang enak dan menyegarkan. Selain itu, buah jeruk juga
terkenal dengan kandungan vitamin C yang melimpah dan mempunyai kandungan
nutrisi lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan.
Saat mengkonsumsi buah
jeruk, setiap orang pasti membuang kulitnya begitu saja. Padahal, di dalam
kulit jeruk terdapat kandungan nutrisi yang tak kalah banyaknya dengan buahnya.
Pada kalimat ini menjelaskan bahwa ide sebuah topik merupakan sebuah pokok
dalam sebuah wacana, yang di dalamnya terkandung topik yang dapat menarik
perhatian pembaca, meskipun hanya melihat secara sekilas dari topik yang ada.
Di dalam kulit jeruk
terdapat kandungan nutrisi berupa vitamin A, vitamin C, antioksidan, dan
flavonoid. Kandungan tersebut mempunyai manfaat untuk kesehatan tubuh. Pada
kalimat tersebut menunjukkan antara kalimat yang pertama dengan kalimat
berikutnya berkelanjutan dan kalimatnya saling melengkapi sehingga
mengahasilkan kata-kata yang kohesif.
7 manfaat kulit jeruk:
a. Menurunkan
kadar kolesterol
b. Mencegah
pertumbuhan sel kulit
c. Mencegah
penyakit kanker kulit
d. Meningkatkan
sistem kekebalan tubuh
e. Mengatasi
gangguan pencernaan
f. Memperbaiki
kondisi pernapasan
g. Menenangkan
pikiran.
Karena
kulit jeruk memiliki rasa yang sangat pahit, membuat orang enggan untuk mengkonsumsinya
secara langsung. Ada cara mudah yang dapat dilakukan untuk membuat kulit jeruk
enak untuk dikonsumsi, yaitu: dengan mengolahnya menjadi manisan yang enak.
Kalimat
tersebut berupa fakta atau ide yang logis dan kalimat tersebut sebagai ujaran
yang dapat dikatakan kalimat tersebut koherensif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar