Sabtu, 01 Juli 2017

PRASYARAT WACANA


Oleh : Farida Puji M. / 146154 / 2014-B
 
Dalam membuat sebuah awacana tentunya ada beberapa syarat yang harus terpenuhi agar wacana tersebut menjadi lebih menarik. Syarat-syarat tersebut apabila terpenuhi maka akan menjadikan sebuah wacana yang lebih mudah dipahami oleh pembaca ataupun pendengar dan wacana tersebut agar lebih hidup. Diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam membuat wacana yang pertama adalah topik.
Topik yang berarti pokok pembicaraan, pokok permasalahan, atau masalah yang dibicarakan (Finoza, 2010:217). Istilah topik dapat juga didefinisikan dalam beberapa pengertian yang berbeda yaitu (1) frasa dalam satu klausa yang terpahami, (2) frasa dalam satu wacana yang terpahami, (3) memiliki posisi khusus dalam satu wacana. Topik merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah wacana. Dikatakan demikian karena topik memuat bagian inti atau perihal yang dibicarakan dalam sebuah wacana. Topik menunjukkan informasi paling penting atau inti pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Dalam membuat sebuah topik tentunya ada beberapa syarat, yaitu: topik yang dipilih harus menarik perhatian, topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan yang jelas, dan topik yang sudah dipilih harus bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Dalam menentukan sebuah topik tentunya kita harus membatasinya. Topik yang sudah kita pilih harus terbatas, hal ini dilakukan karena apabila suatu topik pembahasannya terlalu luas maka topik tersebut menjadi tidak menarik perhatian pembaca atau pendengar dan topik tersebut menjadi dangkal. Adapun pembatasan yang dilakukan dalam membuat topik ialah: konsep, variabel, data, lokasi, pengumpulan data dan waktu pengumpulan data.
Syarat kedua ialah tuturan pengungkap topik atau bisa disebut kerangka topik. Ujaran-ujaran tersebut memiliki arah untuk menuju bagaimana sebuah topik dapat diungkap. Suatu topik dapat diungkap apabila adanya suatu unsur-unsur dalam kerangka topik, yaitu: orang, tempat, wujud, peristiwa, fakta. Dengan unsur-unsur tersebut sebuah topik wacana dapat diungkap.

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa tuturan pengungkap topik adalah ujaran-ujaran yang dapat mengarahkan kita pada pengungkapan topik dalam sebuah wacana. dengan kata lain tuturan pengembang topik tersebut berpusat pada topik untuk menciptakan kesatuan gagasan dalam sebuah wacana. Adanya tuturan pengungkap topik yang menyeleweng dari topik hendaknya dihindari. Untuk itu langkah yang harus ditempuh ialah perumusan butir-butir pengembangan secara ringkas di bawah topik, sehingga terbentuk wacana yang apik.
Syarat ketiga yaitu kohesi. Kohesi merupakan hubungan formal (hubungan yang tampak pada bentuk). Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara struktural membentuk suatu ikatan sintaktikal. Unsur-unsur wacana yang digunakan dalam menyusun wacana harus memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Kohesi menampilkan keberlangsungan makna yang terjalin dalam sebuah wacana dengan bagian lainnya. Itulah sebabnya keberadaan Kohesi merupakan salah satu unsur pembentuk wacana yang penting    (Rani dkk, 2006:87). Lebih lanjut Brown dan Yule (1989:87) menyatakan bahwa unsur pembentuk teks itulah yang membedakan sebuah rangkaian kalimat itu sebagai sebuah teks atau bukan teks. Hubungan kohesif ditandai dengan penggunaan piranti formal yang berupa bentuk linguistik. Piranti yang digunakan sebagai sarana penghubung tersebut sering disebut dengan piranti kohesi (Rani dkk, 2006:94). Menurut Halliday dan Hasan dalam (Rani dkk, 2006:94) unsur kohesi dalam sebuah wacana terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan leksikal.
Syarat keempat yaitu koherensi. Koherensi adalah keterkaitan unsur-unsur dunia wacana, misalnya susunan konsep atau gagasan; dan berat hubungan –hubungan yang menggarisbawahi hal tersebut, isi teks dapat dipahami dengan relevan. Koherensi dalam wacana ada beberapa macam yaitu (1) koherensi pada tataran klausa dan kalimat                 (2) koherensi pada tataran wacana (3) koherensi pada setiap jenis wacana. Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat tersebut memiliki kesatuan makna yang utuh.
DAFTAR RUJUKAN
Rani, Dkk. 2004. Analisis Wacana. Malang: Bayumodia Publishing.


Berikut adalah contoh teks yang memenuhi prasyarat wacana:
Manfaat kulit jeruk
Salah satu jenis buah yang mempunyai banyak penggemar adalah buah jeruk. Buah ini terkenal karena rasanya yang enak dan menyegarkan. Selain itu, buah jeruk juga terkenal dengan kandungan vitamin C yang melimpah dan mempunyai kandungan nutrisi lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan.
Saat mengkonsumsi buah jeruk, setiap orang pasti membuang kulitnya begitu saja. Padahal, di dalam kulit jeruk terdapat kandungan nutrisi yang tak kalah banyaknya dengan buahnya. Pada kalimat ini menjelaskan bahwa ide sebuah topik merupakan sebuah pokok dalam sebuah wacana, yang di dalamnya terkandung topik yang dapat menarik perhatian pembaca, meskipun hanya melihat secara sekilas dari topik yang ada.
Di dalam kulit jeruk terdapat kandungan nutrisi berupa vitamin A, vitamin C, antioksidan, dan flavonoid. Kandungan tersebut mempunyai manfaat untuk kesehatan tubuh. Pada kalimat tersebut menunjukkan antara kalimat yang pertama dengan kalimat berikutnya berkelanjutan dan kalimatnya saling melengkapi sehingga mengahasilkan kata-kata yang kohesif.
7  manfaat kulit jeruk:
a.       Menurunkan kadar kolesterol
b.      Mencegah pertumbuhan sel kulit
c.       Mencegah penyakit kanker kulit
d.      Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
e.       Mengatasi gangguan pencernaan
f.       Memperbaiki kondisi pernapasan
g.      Menenangkan pikiran.
Karena kulit jeruk memiliki rasa yang sangat pahit, membuat orang enggan untuk mengkonsumsinya secara langsung. Ada cara mudah yang dapat dilakukan untuk membuat kulit jeruk enak untuk dikonsumsi, yaitu: dengan mengolahnya menjadi manisan yang enak.
Kalimat tersebut berupa fakta atau ide yang logis dan kalimat tersebut sebagai ujaran yang dapat dikatakan kalimat tersebut koherensif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar